Informasi Dasar
Judul International: The Last Sasaks Women
Sinopsis Singkat:
Film ini mengungkapkan kegelisahan tentang persoalan yang dihadapi perempuan. Film ini dibagi dalam tiga alur cerita yang bermuara pada sebuah perkampungan adat masyarakat Sasak, Lombok, NTB tepatnya di Desa Sembalun, Lereng Gunung Rinjani.
Sinopsis Lengkap:
Cerita Pertama
Seorang remaja umur 22 tahun (Ryan) yang baru pulang dari Jakarta, yang ketika masih kecil dibawa oleh pamannya ke Jakarta. Karena krisis global pamannya bangkrut. Ryan kemudian diminta keluarga untuk pulang ke Lombok. Kepulangan ini kemudian membuat Ryan bertemu pertama kali dengan orang tuanya di masa remaja.
Pertemuan ini menimbulkan benturan budaya. Ryan pemuda yang besar dan terbisa dengan budaya popular Jakarta yang instan harus berhadapan dengan orang tuanya yang masih memegang prinsip adat istiadat leluhurnya. Benturan yang tak terhindarkan ini menjadi benih konflik antar anak dan orang tua yang baru bertemu ini.
Melihat kenyataan ini Sang Ayah, mencari cara bagaimana mengembalikan sang anak pada tradisi leluhur. Mengenalkan kembali warisan budaya Lombok yang diyakininya sebagai jalan hidup terbaik. Maka suatu ketika Sang Ayah meminta ditemani ke kampung halamannya di sebuah desa terpencil di Lombok bagian timur selatan.
Sebenarnya kampung tujuan itu tak jauh-jauh benar. Hanya dua jam perjalanan saja, namun Riyan tak tahu itu dan hanya menuruti arah yang ditunjukkan sang ayah yang diboncengnnya dengan sepeda motor. Sang ayah memilih jalan memutar ke sejumlah pelosok Lombok dan menjadikan perjalanan itu berlangsung seminggu. Tujuannya, ingin agar Riyan tahu seluruh areal tanah kelahiran beserta adat budaya yang lama ditinggalkannya itu. dalam perjalanan inilah cerita berlangsung. Penuturan sang ayah mengenai kemegahan masa lalu yang sesekali ditimpali dengan sanggahan Riyan.
Kadang mereka melewati jalanan yang sepi berbukit, kadang juga ramai dengan seremonial adat. Kadang mereka kehausan, ban motor mereka pecah. Tapi inilah cara sang ayah mengajarkan keluhuran budaya padanya. Meski kemudian tak sempurna, pertentangan antara dua generasi ini terjembatani.
Cerita Kedua
Seorang perempuan bernama Wati dan ayahnya, tinggal disebuah desa tradisional yang karna pengaruh budaya Global mengikuti trend mode kekinian (budaya pop). Mereka mencoba berbeda dengan teman-teman dan warga kampung lainya. Ia, mencoba menggunakan celana jeans, sepatu high heels, rok mini, tank top dan aneka atribusi gaya popular lainnya. Dalam pandangannya warga dusun lainnya kolot karena tak mengikuti zaman. Sementara sang Ayah tak mau ketinggalan. Ia, membuka rental play station dan strum aki. Bahkan ia adalah satu-satunya warga di kampung itu yang mempunyai parabola dan televisi. Maka wajar jika rumahnya menjadi tempat warga berkumpul.
Pada suatu ketika Wati mendapat telpon salah sambung dari seorang lelaki tak dikenal dari Malaysia yang ia kira Ibunya yang telah lama menjadi TKI. Gadis kampung ini meladeninya untuk bicara. lewat perkenalan inilah cerita kemudian berkembang. Suatu hari laki-laki ini datang ke kampung si Wati. Mereka bersua dan entah apa yang membuat dua insan ini saling jatuh cinta. demikian lalu dengan cepat pula si lelaki ini ingin menikahinya pada hari yang sama ia meminangya dengan segala rayuan kepada orang tua si perempuan. Si orang tua perempuan juga dengan cepat mau menerima karena laki-laki inilah pilihan anaknya dan lelaki yang tinggal di kota.
Pesona lelaki dari kota dengan manis rayuannya ini langsung memikat wati dan keluarganya. Maka ketika terbesit kata si bujang dari kota ini berniat mempersunting, keluarga Wati pun mengiyakan seketika.
Hari pernikahan pun ditentukan. Undangan dan kabar ke penjuru desa telah disebar. Namun sebelum keesokan harinya akan dilangsungkan pernikahnya si lelaki kota ini tiba-tiba bilang ke calon istrinya bahwa pernikahanya juga akan dihadiri oleh kedua orang tuanya yang akan datang dari kota. Orang tua si perempuan sangat bahagia demikian juga si perempuan tak lama kemudian menjadi cerita yang sangat luar biasa dikampung besar itu tiba, Si Bujang kota ini meminta agar sang calon istri meminjam perhiasan dari kerabat dekatnya. Alasannya agar Wati terlihat anggun dalam pesta perkawinan itu tiba.
Janur telah terpasang. Tetua, penghulu dan para undangan telah datang untuk menyaksikan pernikahan dengan si pria kota. Beberapa saat sebelum ijab qabul, HP si mempelai pria berdering. Ia, berpaling sejenak dan menjawab panggilan yang datang dari seluler itu. Selesai bicara ia, bilang kepada semua undangan dan calon istrinya, bahwa rombongan orang tuanya dari Kota telah tiba di pertigaan desa. Ia, minta izin untuk menjemput mereka. Keluarga calon istri mengiyakan dan sang pria lekas naik sepeda motor dan berlalu.
Lama di tunggu lelaki kota ini tak kunjung kembali. Bahkan ketika hari benar-benar petang mempelai pria benar-benar tak datang. Maka kacaulah semuanya. Undangan pulang dalam tanda tanya. Tetangga menggerutu, juga penghulu dan pemuka desa. Sementara Wati, tak henti menangis, berteriak sejadi jadinya meratapi hilangnya mimpi manis, yang dibawa gemerlap dan rayuan sang jejaka kota.
Cerita yang ketiga
Adalah seorang gadis desa bernama Anjnai, yang hidup bersama ayahnya yang sudah tua. Dalam ketekunan dan keihlasanya merawat sang ayah yang telah lama terserang stroke. Ia juga menggantikan ayahnya manjadi guru di kampung itu, mendidik anak-anak kampung terpencil itu. Membekali ilmu budaya sebagaimana cita-cita ayahnya dulu agar anak-anak itu mampu membentengi diri dari serbuan budaya moderen yang deras masuk.
Suatu hari, seorang anak didiknya berurusan dengan polisi. Ia, ditangkap atas dugaan membunuh kawan sepermainan. Kuat dugaan pembunuhan itu dilakukan, karena terpengaruh aksi kekerasan yang selalu disaksikan di video game Play Station. Sang ayah yang terkejut melihat kasus yang dilakukan anaknya meninggal dunia.
Beberapa waktu kemudian, keluarga si Anak datang dari kota seperti biasa. Namun kali ini ia tak menemukan keluarga yang dituju. Seorang warga kemudian memberi tahu bahwa saudaranya telah meninggal dunia, sementara anaknya dipenjara karena membunuh temanya sendiri di sekolah. Dengan lobi kerabat, Si Anak inipun akhirnya bebas dari penjara.
Negara & Tanggal Rilis:
Indonesia, 28 Juni 2012
Klasifikasi:
17+
Bahasa:
Bahasa Indonesia
Warna:
Berwarna
Status:
Selesai / Rilis