Informasi Dasar
Juga dikenal sebagai P. L. Kapoor
Tempat / Tanggal Lahir : Bukittinggi, Sumatera Barat, , 20 Maret 1921
Tempat / Tanggal Meninggal : Jakarta, 2 January 1971
Biografi Singkat:
Ia memulai karirnya dari bidang kesenian sebagai penyair. Pada masa pendudukan Jepang ia menjadi wakil kepala bagian Drama di Pusat Kebudayaan. Di situ dia melakukan langkah-langkah pembaharuan di bidang sandiwara. Ia mendirikan perkumpulan sandiwara Maya. Maya dimainkan dari karya-karya Usmar sendiri. Karya puisinya dikumpulkan dalam "Puntung Berasap" dan naskah sandiwaranya "Dalam Sedih dan Gembira".
Pada masa revolusi ia menjadi tentara dengan pangkat Mayor, berdomisili di pusat pemerintahaan RI, Yogyakarta. Di situ dia memimpin harian Patriot dan majalah Arena, sebagai gelanggang bagi seniman muda, sembari mengetuai Badan Musyawarah Kebudayaan Indonesia, Serikat Artis Sandiwara dan PWI (Persatuan Wartawan Indonesia). Saat itu ia sudah mulai jelas perhatiannya pada film. Dengan para seniman ex anggota Maya dia selenggarakan diskusi-diskusi mengenai film.
Tahun 1948, ketika ia melaksanakan tugas jurnalistik meliput perundingan Belanda-RI di Jakarta, ia ditangkap Belanda karena Belanda tahu dia adalah juga Mayor tentara. Dia beberapa saat ditahan, dipekerjakan di studio film untuk membantu Andjar Asmara. Dengan begitu ia mulai terlibat kegiatan yang diminatinya. Dalam lingkungan studio Belanda itu ia membuat dua film "Harta Karun" dan "Tjitra". Usmar menyatakan tidak puas dengan hasilnya itu karena lingkungan pembuatannya tidak mendukung.
Pada bulan Maret 1950, Usmar bersama-sama teman-temannya ex Maya dan ex Yogyakarta, mendirikan perusahaan film PERFINI. Tujuannya adalah melakukan pembaruan pada pembuatan film Indonesia Mendasari pembuatan produksi pertama PERFINI, "Long March (Darah dan Do’a)".
Biografi Lengkap:
Film Usmar Darah dan Do’a (1950) dan Enam Djam di Yogya (1951) mendapat tanggapan yang baik dari kritisi dan dunia kesenian sebagai tokoh pembaharu seni film Indonesia. Maka itu tahun 1952 Usmar mendapat beasiswa dari Yayasan Rockefeller untuk belajar film di Amerika. Pengaruh film Amerika kemudian terlibat pada film berikutnya, Kafedo (1953). Tapi ia menyingkir dari sana sejak Krisis (1953). Film sketsa tentang perubahan sosial seusai revolusi ini berhasil mendapat sukses komersial melalui filmnya Lewat Djam Malam (1954) yang dibuat berdasar cerita/skenario Asrul Sani.
Film Tamu Agung (1955) mendapat penghargaan sebagai Film Komedi Terbaik dari FFA, tapi dalam pemasarannya di Indonesia tidak sukses. Sindiran-sindiran politik yang disajikan Usmar belum bisa ditangkap penonton film Indonesia pada masa itu, sedang penonton elit tidak mau melihat. Prinsip memperhatikan mutu yang dipertahankan Usmar pada produksi-produksi yang dibuatnya akhirnya membawa PERFINI kepada kebangkrutan. Tahun 1957 kompleks studio filmnya diambil alih bank. Untuk menolong kondisi perusahaannya itu ia terpaksa membuat beberapa film hiburan, Tiga Dara (1956), yang sukses komersial, Delapan Pendjuru Angin (1957) dan Asrama Dara (1958).
Film berikutnya Pedjoang (1960) berhasil meraih penghargaan dari Festival Film International Moscow tahun 1961 untuk peran utama, yang dimainkan oleh Bambang Hermanto. Sejak Usmar terjun ke film, segara ia menonjol sebagai tokoh, berdua dengan tokoh produser Djamaluddin Malik, dikenal sebagai dwi tunggal perfilman nasional. Bergantian dengan Djamal ia menjadi ketua PPFI. Kemudian menjadi ketua BMPN (Badan Musyawarah Perfilman Nasional).
Penghargaan yang pernah diterima dari Pemerintah adalah “Widjajakusuma” (1962), dari Presiden Sukarno, sebagai penghargaan tertinggi di bidang kebudayaan.