Informasi Dasar
Sinopsis Singkat:
Seorang lelaki penyendiri terlihat sedang menggambar seorang perempuan di atas kertas. Seiring itu, kita
diperlihatkan pada realita kehidupan masyarakat kota yang sedang berkomunikasi satu sama lain. Dalam
narasi yang dituturkan si lelaki di dalam kepalanya, dia bertanya tentang sebuah pertanyaan yang tidak
umum: “Bagaimana jika Tuhan tidak menciptakan bahasa? Apakah manusia masih bisa berkomunikasi dan
menyampaikan apa yang mereka rasa.?" Di kemudian hari, si lelaki baru keluar dari lift sambil menelepon
seseorang. Hingga kemudian, seorang perempuan secara tidak sengaja menabrak si lelaki. Kejadian itu
membuat segelas kopi yang dibawanya tumpah dan mengotori berkas yang dibawa si lelaki. Perempuan itu
tidak menyampaikan maafnya. Perempuan itu hanya diam hingga si lelaki berlalu dengan kesal. Sejak
kejadian hari itu, si perempuan terus mendatangi kediaman si lelaki sambil membawa segelas kopi dengan
tulisan maaf di gelasnya. Si lelaki tidak mengerti kenapa perempuan itu melakukan hal itu. Kenapa tidak
menyampaikan maaf lewat mulutnya seperti kebanyakan orang pada umumnya. Setelah beberapa kali gagal
untuk menyampaikan maaf lewat segelas kopi. Pada akhirnya mereka bertemu di sebuah coffee shop. Si
perempuan mendatangi si lelaki yang baru akan pergi. Di momen ini, si lelaki sadar bahwa perempuan yang
selama ini terus mendatanginya adalah perempuan yang tidak punya kemampuan untuk berkomunikasi
secara verbal. Di atas sebuah note si lelaki mengetahui bahwa itulah cara si perempuan menyampaikan
maafnya. Kini, mereka menjalin persahabatan dan semakin akrab. Mereka menghabiskan waktu bersama dan
berkomunikasi hanya lewat bahasa tubuh. Namun, keduanya saling mengerti dengan komunikasi yang
seperti itu. Lewat bahasa non-verbal, manusia masih bisa menyampaikan perasaannya, tanpa harus
mengungkapkannya lewat suara.