Informasi Dasar
Tempat / Tanggal Lahir : Belanda, 03 Agustus 1906
Tempat / Tanggal Meninggal : Amerika Serikat, 1 February 1976
Biografi Singkat:
Albert adalah sutradara dan produser film Indonesia. Walaupun hanya dua karya film yang ia buat, namun keduanya adalah tonggak baru dalam sejarah perfilman Indonesia. Sebelumnya ia berprofesi sebagai wartawan "De Locomotief". Film pertama yang ia buat adalah "Pareh" yang dibuat tahun 1934 dan film keduanya "Terang Boelan" dengan pemeran Rd. Mochtar dan Roekian.
Biografi Lengkap:
Karyanya itu merupakan tonggak-tonggak baru dalam sejarah perfilman Indonesia. Film-filmnya Pareh (1934), dan Terang Boelan (1938). "Pareh" merupakan film buatan dalam negeri pertama yang mampu menarik perhatian secara luas kalangan menengah ke atas.Bahkan menjadi perhatian orang di negeri Belanda. Dan "Terang Boelan" telah memberikan pemasukan yang berlipat ganda lebih besar dari yang mampu dimasukkan film buatan dalam negeri sepanjang sejarahnya sebelum perang. Dengan munculnya gambaran pemasukan serupa itu, maka kemudian muncullah "panen" film pertama dalam sejarah film Indonesia. Balink sebelumnya adalah wartawan "De Locomotief" (Semarang) yang banyak menulis tentang film. Orang Belanda totok yang hanya punya pengetahuan tentang film secara teoritis ini kemudian mengajak Wong Bersaudara di Bandung dengan mendirikan perusahaan "Java Pasific Film Coy". Balink punya uang dan gagasan, Wong punya peralatan dan pengalaman. Produksi pertama mereka adalah "Pareh" dengan pemain Rd. Mochtar. Sengaja pula didatangkan cineast Belanda terkenal, Mannus Franken, untuk mendampinginya. Penyelesaian terakhir dilakukan oleh Franken di negeri Belanda. Tapi film ini tidak mampu mengembalikan modalnya yang begitu besar. Perusahaan tersebut jatuh, lalu mereka mendirikan lagi "Anif" (Algemeene Ned. Indie Syndicaat) dengan bantuan modal bank dan perusahaan-perusahaan besar Belanda. Film cerita yang dibuatnya adalah "Terang Boelan" yang membuat nama Rd. Mochtar dan Roekiah menjadi amat populer. Untuk pembuatan film ini Balink mengajak wartawan lainnya, Saeroen, untuk menuliskan skenarionya. Film ini bukan saja amat laku di Indonesia, tapi juga menguntungkan pihak RKO yang mengedarkannya untuk semenanjung Malaka.Tapi para pemilik saham hanya menginginkan Anif membuat film dokumenter saja. Kini Albert Balink tinggal di Amerika sebagai wartawan.